Jumat, 30 Desember 2016

Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri



Dalam proses pendewasaan tidak terlepas dari berbagai hambatan maupun masalah. Ada yang menghindar dari masalah tersebut dan ada juga yang langsung memecahkannya. Dalam menyikapi masalh hidup, terkadang individu akan mengalami tekanan, kecemasan, stress bahkan konflik. Sebagai cara individu mereduksi perasaan tersebut adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Berikut merupakan Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri :

     1.    Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Sering kali individu melakukan represi ketika menghadapi permasalahan tetapi dengan mengekspesikan kemarahannya pada orang lain. Contonya remaja takut kepada orang tuanya mengekspesikan kemarahannya dalam bentuk melawan gurunya.

     2.    Reaction Formation (pembentukan reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya. Dengan cara ini, individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang siswa yang tidak menyukai gurunya, namun didepan gurunya dia bersikap manis dan selalu menyapa agar dia terhindar dari masalah dengan gurunya.

     3.    Fiksasi
Kondisi yang dihadapkan individu pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya.  Individu yang sangat bergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi. Contohnya ketergantungan dalam hal finansial pada orangtua akibat dimanja.

     4.    Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustasi,  setidak-tidaknya pada anak-anak. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak meyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman. Misalnya anak yang memperoleh adik, akan memperhatikan respons mengompol atau menghisap jempol jarinya agar ia merasa diperhatikan kembali.

     5.    Proyeksi
Keadaan dimana seseorang tidak menyukai sifat orang lain tetapi ia berusaha agar orang yang dibencinya menunjukan reaksi yang sama. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mngurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Misalnya seorang remaja membenci temannya sehingga menimbulkan kecemasan diubah menjadi temannya yang membenci remaja tersebut.

     6.    Rasionalitas
Adalah usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Misalnya siswa yang selalu datang terlambat selalu beralasan susah mendapat angkutan umum ke sekolah, padahal bila siswa berangkat lebih pagi, sebenarnya tidak akan terlambat.


Referensi : Modul Bimbingan dan Konseling

Tidak ada komentar:

Posting Komentar