Dalam melakukan sosialisasi
dengan lingkungannya ada remaja yang mudah bergabung dalam pergaulannya ada
juga yang lebih memilih untuk berdiam diri saja dirumah. Ada beberapa fakor
yang mempengaruhi pergaulan remaja :
1.
Kondisi fisik
Dalam
bergaul seseorang yang memiliki penampilan fisik yang ideal akan cenderung
lebih percaya diri. Mereka biasanya mempunyai standar tertentu tentang sosok
fisik yang ideal. Misalnya, berpostur tinggi, langsing, berkulit putih. Namun
tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik yang ideal. Karenanya,
remaja harus belajar untuk menerima bagaimana pun kondisi fisiknya. Yang
terpenting adalah kecantikan
sesungguhnya bersumber dari hati nurani , akhlak, serta pribadi yang baik.
2.
Kebebasan emosional
Setiap
remaja ingin memperoleh kebebasan emosional. Seperti ingin bebas dalam
melakukan apa saja yang mereka sukai dan ingin pendapat atau pemikirannya di
akui serta disejajarkan dengan orang dewasa. Jika terjadi perbedaan pendapat
antara orang tau dan anak, maka pendekatan yang lebih demokratis dan terbuka
akan terasa lebih bijaksana. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah saling
memahami dan menghargai sudut pandang satu sama lainya. Jadi antara orang tua
dan anak bisa menempatkan dirinya untuk saling mengerti agar permasalahan bisa
terselesaikan dengan baik.
3.
Interaksi sosial
Kemampuan
untuk melakukan interaksi sosial juga sangat penting dalam membentuk konsep
diri yang positif, sehingga seseorang mampu melihat dirinya sebagai orang yang
kompeten dan disenangi lingkungannya.
4.
Pengetahuan terhadap kemampuan diri
Setiap
kelebihan atau potensi yang ada didalam diri manusia harus terus dikembangkan
agar potensi tersebut dapat terarahkan dengan benar. Dengan mengetahui dan menerima
kemampuan diri secara positif, seorang remaja diharapkan mampu untuk mengambil
keputusan dengan tepat.
5.
Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral
dan agama
Willian
James, seorang psikolog yang mendalami psikolog agama, mengatakan bahwa orang
yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang
lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap yang positif,
optimis, spontan, bahagia, serta penuh
gairah dan vitalitas. Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai suatu
kebiasaan yang membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban akan
memiliki jiwa yang sakit. Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa
bersalah, murung, serta tekanan. Jika seseorang sudah menguasai nilai-nilai
moral dan agama maka ia pun akan mudah dalam mengontrol diri.
Sekian informasi yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat.
Referensi
: Mulyaningtyas, B.Renita dan Hardiyanto, Yusuf P. 2007. Bimbingan dan
Konseling. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar